TEMANGGUNG, KOMPAS.com – Sebanyak 67 orang tercatat menjadi korban dalam kericuhan yang terjadi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Temanggung, Jawa Tengah, pada Senin (1/9/2025).
Insiden ini terjadi saat demonstrasi berlangsung, yang kemudian berujung pada tindakan pembubaran massa oleh aparat kepolisian.
Kebanyakan dari para korban mengalami gangguan kesehatan akibat terpapar gas air mata yang ditembakkan oleh polisi.
Di antara korban, terdapat seorang anak di bawah usia lima tahun.
Baca juga: Demo di Temanggung Ricuh, Polisi Tuding Kelompok Anarko
Koordinator Ketua Tim Rujukan Public Safety Center (PSC) 119, Liswati, menyatakan bahwa jumlah korban kemungkinan lebih dari 67 orang.
“Kebanyakan, memang, terkena paparan gas air mata,” ucap Liswati kepada Kompas.com, Selasa (2/9/2025).
Data yang diterima Kompas.com menunjukkan bahwa lebih dari 40 orang terkena paparan gas air mata.
Korban berasal dari berbagai usia, mulai dari bocah berusia satu tahun hingga pria berusia 69 tahun.
Mayoritas korban dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung, sementara sebagian lainnya dirawat di Rumah Sakit Umum Gunung Sawo dan Rumah Sakit Pembina Kesejahteraan Umat Muhammadiyah Temanggung.
Dari total 67 korban, satu orang di antaranya harus menjalani rawat inap.
Liswati menambahkan bahwa efek sesak napas akibat terpapar gas air mata sangat berisiko bagi individu yang memiliki riwayat penyakit jantung dan asma.
“Yang sesak (napas) biasanya punya riwayat (jantung dan asma). Kayak dicekik,” jelasnya.
Kericuhan ini berawal dari unjuk rasa di depan gedung DPRD Temanggung, yang semakin memanas setelah massa melakukan provokasi dengan menghujani aparat kepolisian dengan umpatan dan lemparan botol.
Baca juga: Ricuh Demo di Temanggung, Polisi Kejar Aktor Intelektual
Dalam upaya membubarkan kerumunan, aparat kepolisian menembakkan gas air mata, yang juga mengenai area parkir kendaraan kantor bank yang bersebelahan dengan gedung DPRD, meskipun saat itu tidak terlihat konsentrasi massa di lokasi tersebut.
Hanya ada tim Kompas.com, satpam bank, dan personel militer.
Tim Kompas.com dan beberapa korban lainnya juga mengalami gejala sesak napas, mata perih, dan batuk akibat paparan gas air mata.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini